Saturday, April 4, 2015

Ana Mustafidah, Santri yang Sukses menjadi Perancang Busana

MENJADI muslimah di zaman sekarang dituntut untuk berpenampilan menarik. Tapi hal tersebut tentunya juga ditunjang dengan pakaian yang menutupi aurat. Modis didapat, menjalankan perintah agama juga diraih.
Bagi Ana Mustafidah, ketertarikan di dunia mode pakaian muslimah sebenarnya telah dirintis sejak belia. Saat merengek minta baju untuk lebaran, ternyata sang ibu tidak langsung membelikan. Yang diberikan malah potongan kain untuk dijahit sendiri. “Saat itu saya masih berusia 12 tahun,” katanya kepada SantriNews.com, Senin 30 Maret 2015.
Ditemui di salah satu gerainya di mall City of Tomorrow (Cito) Surabaya, Mbak Ana, sapaan akrabnya menceritakan bahwa itulah awal yang melecut semangatnya sehingga menjadi perancang busana muslimah.
Bakat Terasah di Pesantren
Bakatnya semakin terasah ketika nyantri di Pondok Pesantren Salafiyah Bangil Pasuruan Jawa Timur. Dalam kegiatan pentas seni, imtihan atau hari besar Islam yang diiringi dengan pementasan di pesantren, maka para pengurus mempercayakan desain busaha kepadanya.
“Berbekal benang dan jarum, saya memperbaiki sendiri baju yang robek, atau sekedar iseng memodivikasi baju yang sudah ada,” kenang perempuan kelahiran Malang 7 Mei 1979 ini.
Enam tahun berada di pesantren menyelesaikan pendidikan formal dari MTs hingga Aliyah menjadi waktu yang sulit dilupakan. Tidak berhenti pada kegiatan rancang busana, istri dari H Farmadi Hasyim ini juga mengajak para santri untuk membuat aksesoris. “Dari mulai gelang, bros, pernak-pernik pentas, serta sejumlah kerajinan tangan,”ungkapnya.
Setelah menikah dan menempati kontrakan di Surabaya, anak pertama dari lima bersaudara ini semakin serius melatih kemampuan dengan mengikuti sejumlah kursus. “Sembari menjadi guru ngaji di mushalla di kawasan Margorejo, saya kursus menjahit,” katanya.
Agar ilmu serta pengalaman yang didapat segera bisa diterapkan, seluruh koleksi baju milik suami serta putra semata wayangnya dikerjakan sendiri. “Seluruh baju koleksi saya, anak dan suami adalah hasil kreasi saya sendiri,” katanya sembari tersenyum. Kalaupun harus membeli baju di luar, paling hanya jenis kaos, lanjutnya.
Akibat “promosi berjalan” ini, order pembuatan baju dari tetangga dan teman dekat mulai berdatangan. “Alhamdulillah mulai ada order menjahit pakaian,” katanya. Dan dari kepercayaan ini juga yang akhirnya membesarkan hatinya untuk serius menekuni dunia rancang busana muslimah. Di rumah yang dihuni bersama sang suami sekarang yakni di kawasan Perumahan Graha Al-Ikhlas Sidoarjo, dibukalah Majmal Boutique yang menjadi ciri khas dari karya yang dibuatnya.
Langganan Ibu Menteri
Kini namanya semakin berkibar. Sejumlah kegiatan fashion show kerap diikuti. Pemilihan putri jilbab, trend busana saat pergantian tahun atau pameran busana muslimah kerap diikuti. Dan sejumlah juara berhasil ia raih dari keikutsertaan tersebut. Karenanya tidak berlebihan kalau banyak kalangan mempercayakan pakaian muslimah kepadanya.
Tercatat beberapa anggota DPR RI memesan baju untuk berbagai acara kepadanya. Sejumlah rumah sakit Islam di Surabaya juga mempercayakan hasil desainnya. Bahkan, istri H Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olah Raga yakni Hj Sobibah Rohmah sudah lama menjadi langganan karyanya.
Tidak berhenti sampai di situ ekspansi usaha yang dilakukan. Pelanggan dari luar negeri juga dia miliki. Baik di Malaysia maupun sejumlah buruh migran di Hongkong. “Kalau pelanggan dari Malaysia karena kebetulan mereka pernah kuliah di Surabaya,” ungkapnya. Sedangkan untuk WNI di Hongkong didapat lantaran berkah sang suami yang kerap mengisi ceramah di sana,” lanjutnya.
Menjelang Ramadhan dan hari raya seperti ini, order rancangannya semakin banyak. Baik untuk pribadi maupun acara fashion show di sejumlah mall dan pertokoan modern. “Ini sedang menyiapkan rancangan untuk fashion show di Kaza Mall dan Grand City Super Mall Surabaya dalam waktu dekat,” katanya. Tidak jarang, pengasuh rubrik busana di Tabloid Modis ini juga dipercaya sebagai juri acara serupa.
Kendati jadwal dan order rancangan busana nyaris tanpa jeda, Mbak Ana masih menyisakan waktu untuk tetap mengajar di Taman Pendidikan Alquran di tempatnya tinggalnya. “Ada 30 orang yang ngaji di sini,” terangnya. Setiap hari Senin ingga Jumat tepatnya bakda Shalat Magrib, para ibu yang merupakan tetangganya rutin belajar ngaji dan Tanya jawab masalah agama kepadanya.
Di sela-sela acara ngaji, ia juga merangsang para ibu untuk memanfaatkan waktu dengan menjahit. Tidak jarang, ibu-ibu jamaahnya diajak mengikuti acara fashion show dengan menunjukkan hasil karya mereka. “Tentu kalau menang, mereka akan mendapat imbalan dari kerja kerasnya,” pungkas ibunda dari Abdun Nasir Almuhajjalin ini.( di kutip Santrinews.)

0 comments:

Post a Comment