Cepat dan Lugas

Kelakukan kita terhadap kehidupan, menentukan sikap kehidupan terhadap kita

Motivasi kehidupan

Hidup adalah buah perjuangan panjang, dan mati adalah buah perjuangan abadi.

Cinta dan kebersamaan

Jadikan tantanganmu untuk kenyamananmu

Kebahagiaan

Akan sulit rasanya membahagiakan orang lain sementara diri sendiri tidak berbahagia.

Cinta

Kita berhak berhasil. Tapi, seperti semua hak, kita lah yang diharapkan menjemputnya

Sunday, April 26, 2015

antara laut.. langit.. dan bintang-bintang..



antara laut.. langit.. dan bintang-bintang..
kau berbaring tidur diantar musim panas, malam musim dingin yang panjang
dalam seratus tahun, aku akan berbaring disampingmu
tolong tunggu dalam ketenangan sampai hari itu
malam ini, bahkan bintang tertidur
kau memandang laut sendirian
ombaknya menarikan tariannya
aku berfikir tentang hilang dan ditemukan...
sayangku, kau lupa photoku dan hatiku?
apakah angin dingin menghapus cintamu?
semua sama seperti sebelumnya
tidak ada alasan untuk berubah
tapi apa yang membuatku merindukan mu
adalah mimpi ditengah musim panas....
hujan berhenti..
ditengah badai, tidak ada hujan atau angin...
hanya kesunyian...
ketika kita ditengah badai
apakah kemungkinannya kau melihat sesuatu seperti ini?
apa kemungkinannya bertemu satu sama lain?
apa kemungkinan melihat sesuatu seperti ini?
seperti kemungkinan melihat bintang selama badai?
aku memutuskan pikiran...
aku akan menangis untuk mu dan tertawa untukmu..
dan hidup untukmu.. kau adalah pusat kehidupanku..

Thursday, April 16, 2015

ISNU Cirebon dukung Syi'ah

Plosopos.com ~ Ust. Muhammad Idrus Ramli melalui akun jejaring sosial facebooknya mengkritik keras tindakan oknum pengurus NU kabupaten Cirebon yang dianggap telah "menjual" NU kepada Syi'ah.

" إنا لله وإنا إليه راجعون Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Cirebon telah menjual NU kepada Syiah yang telah disesatkan oleh para pendiri NU, Hadlratusysyaikh KH Hasyim Asy'ari dan para masyayikh yang lain. Fitnah apa lagi ini. Semoga Allah menyadarkan mereka dan kembali ke Ahlussunnah Waljamaah, bukan Syiah dan bukan Wahabi. Amin.", tulis Ust. Idrus Ramli di facebooknya (14/4/2015)

Kritikan keras itu dilontarkan menyusul adanya seminar nasional wawasan kebangsaan bertemakan “Kontribusi Syiah terhadap Islam Nusantara” yang terselenggara atas kerjasama Syiah Indonesia dengan Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Cirebon.

Dalam facebooknya, Ustadz yang selalu lantang menyuarakan Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) dan membendung berbagai aliran menyimpang seperti Syi'ah, Wahhabi, dan yang lainnya itu juga memposting surat undangan terkait acara seminar tersebut.

Dalam surah itu tercantum nama dan tanda tangan Ketua Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Cirebon H. A. Muiz Syaerozie S.Th.I, M.HI sekaligus sebagai pemberi sambutan.  Tercantum pula nama M. Mahfud Gunawan sebagai panitia sekaligus pemberi sambutan ; Rois Syuriah NU Cirebon KH Usamah Mansyur sebagai pemberi sambutan dan pembuka acara.

Narasumber antara lain: Prof. Dr. Jamali Sahrodi, MA (Direktur Parcasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon), Dr. Khalid Walid, dan Dr. Arwani Syeirozie, MA (Wakil Ketua PW ISNU Cirebon).


Surat Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU).
 
Sampai berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi dari pihak NU di Cirebon maupun dari Badan Otonom NU, yaitu ISNU Cirebon.

Thursday, April 9, 2015

PBNU Apresiasi Pembentukan Panel Penutupan Situs Radikal

Jakarta, Plosopos.com
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengapresiasi langkah pemerintah yang membentuk Panel Terorisme, SARA dan Kebencian yang nantinya akan memberi rekomendasi situs apa saja yang layak ditutup.  Jika kelompok agama dilibatkan dalam panel ini, maka akan mengurangi potensi kontroversi situs yang akan ditutup.

“Bagus itu, dan saya kira mereka yang ada dalam panel tersebut sudah memiiki pandangan yang sama baik dalam hal agama maupun paham kebangsaan,” jelasanya di gedung PBNU, Rabu.

Ia meminta situs-situs Islam tidak hanya berbicara dakwah tentang Islam, tetapi juga pentingnya penguatan NKRI. “Kalau mengkapanyekan ISIS, negara Islam, khilafah, itu sudah keluar dari komitmen kebangsaan kita. Ini sudah radikal,” jelasnya.

Ia tidak mempermasalahkan adanya perdebatan masalah khilafiyah di internet seperti masalah doa qunut, hisab, rukyat dan lainnya asal dilakukan dengan menjaga etika.  “Debat harus dilakukan dengan ilmiah, tapi jangan caci maki. Kalau ada dasar ilmiahnya saja monggo,” tegasnya.

Kiai Said yang juga ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) menjelaskan, diantara anggota LPOI sendiri memiliki berbagai pandangan, tetapi hal tersebut tidak pernah dibicarakan dalam rapat. Pertemuan selalu membahas masalah prinsip seperti keadaan umat Islam internasional, narkoba, korupsi, dan lainnya.

Berikut anggota panel  Terorisme, SARA dan Kebencian
1. Ketua Dewan Pers
2. Din Syamsuddin (Muhammadiyah)
3. Marsudi Syuhud (PBNU)
4. Ignatius Suharyo (Uskup Agung)
5. Henriette Lebang (PGI)
6. Alim Sudio (Walubi)
7. Arsana (Parisadha Hindu Dharma Indonesia)
8. Tjipta Lesmana (Akademisi)
9. Uung Cendana (Matakin)
10. Thamrin Amal Tamagola (Sosiolog)
11. Arief Muliawan (Kejaksaan)
12. Asdep Koordinasi Telekomunikasi dan Informatika Kemenkopolhukam
12. Direktur Keamanan Informasi Ditjen Aptika
14. Shita Laksmi
15. Irwin Day (Nawala)
16. Asep Saefullah (AJI)
17. Sonny Hendra (Ditjen Aptika)

(Nu Online )

Sinergi Dengan MIVO, ASWAJA TV Hadir di seluruh dunia

Jakarta, Plosopos.com
Aswaja TV sebagai salah satu channel dakwah Nahdliyin telah berhasil mengudarakan tayangannya hingga ke seluruh dunia. Melalui saluran live streaming channel Mico, Aswaja TV telah diakses oleh lebih dari seratus negara dengan kunjungan mencapai 45 juta perbulan. Indonesia menempati peringkat pertama dengan 27 persen dari seluruh kunjungan atau sekitar 12 juta pengunjung.

Dukungan server di di beberapa negara serta teknologi yang dimiliki MIVO memungkinkannya menyiarkan live streaming Aswaja TV dengan kualitas gambar terbaik melalui Master Control Room TV. Selain Aswaja TV, Mivo juga menyiarkan menyiarkan 40 saluran TV lain dari berbagai negara seperti United Arab Emirates, Jerman, India dan lain-lain.

General Manager Program Aswaja TV, Syaifullah Amin menuturkan, dengan kehadiran MIVO di lebih dari seratus negara berarti siaran dakwah Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyyah dapat terpancar semakin luas dan menembus berbagai kalangan yang semakin beragam. Selain itu Aswaja TV juga dapat turut serta dalam mengenalkan dakwah dan ajaran Aswaja serta budaya masyarakat Islam Indonesia kepada seluruh dunia.

“Siaran dakwah di Aswaja TV kini bukan hanya dapat dinikmati oleh masyarakat pedesaan Asia Tenggara dengan parabola dan kaum professional di depan komputer berjaringan internet di kota-kota besar Indonesia, tetapi juga dapat disaksikan oleh masyarakat dunia yang lebih luas,” ungkapnya.

Dalam kesempatan konferensi pers di bilangan Kemang Jakarta Selatan, Selasa (7/4) Founder MIV O, Budi menjelaskan,  Aswaja TV menjadi channel yang menyediakan materi dakwah Islam bersama dengan channel-channel lain yang beragam untuk dinikmati masyarakat dunia yang semakin luas.

“Selain Aswaja TV, saluran TV yang tersedia di Mivo sangatlah beragam. Mivo tidak hanya menyiarkan konten berita, religi dan hiburan, tetapi juga menyiarkan konten kesehatan,” tutur Budi.

Menurut Budi, dengan fasilitas internet yang semakin mudah dan cepat, masyarakat dapat menonton siaran televisi di manapun dan kapan pun. Masyarakat dapat mengikuti siaran kesehatan dan dakwah di tanpa mengganggu kesibukannya sehari-hari karena MIVO kini dapat diakses melalui gadget dan smartphone.

“Kesempatan menikmati tayangan televisi melalui smartphone ini kami persembahkan seiring bergesernya kebiasaan masyarakat. Mulanya mereka menonton melalui perangkat televisi, kemudia bergeser ke desktop dan kini ke gadget yang hanya segenggaman tangan,” tandas Budi.( sumber : NU Online )

Kakek Buyut Sang Guru Bangsa Tjokroaminoto " KYAI KASAN BESARI "

Plosopos.com     PADA akhir 1820, Kasan Besari mendapatkan pengakuan dari penghulu Surakarta sebagai kepala desa Tegalsari. Pada saat itulah dia mendapat pengakuan baik secara agama maupun politik. Namun, pernikahannya dengan Murtosiyah tak melahirkan putra yang meneruskan perjuangannya menyebarkan Islam.
Sebagaimana para bangsawan keraton Kasunanan, putra-putra Kasan Besari dari jalur Murtosiyah ini mengabdi kepada pemerintahan Belanda. Salah satunya bernama Tjokronegoro. “Ia tidak menjadi kiai yang masyhur dan tidak memimpin sebuah pondok pesantren,” tulis Anhar Gonggong dalam HOS. Tjokroaminoto.
Namun, saat Perang Jawa (De Java Oorlog) meletus, menurut Peter Carey dalam Kuasa Ramalan, Kyai Kasan Besari bersimpati terhadap Diponegoro, tapi tidak aktif memberi dukungan.
Kemungkinan besar karena beberapa anaknya menjadi pejabat pemerintah Belanda. Tjokronegoro sendiri tercatat pernah menjadi pejabat penting di lingkungan pemerintah Hindia Belanda yang pernah jadi bupati Ponorogo. Putra Tjokronegoro bernama Tjokroamiseno meneruskan jejak ayahnya dengan menjadi pamong praja dan pernah menjabat wedana di Kawedanan Kleco, sekarang masuk daerah Madiun, Jawa Timur. 
Setelah terputus dua keturunan, darah keislaman dan politik Kyai Kasan Besari mengalir lagi pada putra kedua Tjokroamiseno: Tjokroaminoto, kelak dikenal Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Berbeda dengan buyut dan orangtuanya, putra Tjokroamiseno itu terang-terangan melawan Belanda. Dia meninggalkan pekerjaannya sebagai pegawai pemerintah, padahal setiap orang saat itu mengidamkan posisi tersebut. Setelah berhenti sebagai juru tulis patih di Ngawi, dia bekerja serabutan, mulai jadi karyawan di sebuah Firma Kooy & Co di Surabaya, calon masinis, ahli kimia di pabrik gula, dan menggeluti jurnalistik.
“Perpindahan pekerjaan itu lebih didorong oleh kehedaknya untuk mencari suasana yang lebih dapat membangun daya kreativitasnya,” tulis Anhar Gonggong. Pilihan pekerjaan dan jalan hidup itu membuatnya bertentangan dengan orangtua, bahkan mertuanya yang pangreh praja, sampai meminta anaknya, Suharsikin, bercerai dengan Tjokroaminoto. Tapi mereka berdua bergeming.
Meski menanggalkan kebangsawanannya, Tjokroaminoto dijuluki raja Jawa: raja tanpa mahkota. Dia juga menjadi tokoh Islam yang tenar dengan tulisannya, Islam dan Sosialisme dan menjadi pemimpin Sarekat Islam. Gaya kepemimpinannya membuat anak-anak muda seperti Sukarno, Semaoen, SM Kartasuwirjo, dan Tan Malaka menjadikannya guru. Bila sang kakek buyutnya, Kyai Kasan Besari jadi guru bagi para ulama, maka Tjokroaminoto adalah guru para pendiri bangsa.
( rumah baca Qhodrunada Wilangan )

Tuesday, April 7, 2015

Islam Ala Jawa Di Suriname

Mesjid Jawa di Suriname

Mesjid Jawa di Suriname Suriname, adalah sebuah Negara di Amerika Serikat yang menjadi bekas penjajahan Belanda pada abad 19-20 dan merdeka pada tanggal 25 Nopember 1975 M. Pada tahun 2014, penduduk disini mencapai sekitar 492.829 jiwa dan menempati lahan dengan luas 163.820 Km2. Mayoritas penduduk di huni oleh suku Hindustan, Creool, Marron (suku local), dan Jawa. Selebihnya adalah suku-suku kecil seperti Inheems, Gemends, Kaukasish, China, dan lain-lain.
Yang menarik adalah penduduk Jawa yang menempati tempat ini. Tercatat sekitar 71,879 jiwa (14,6% dari jumlah penduduk) menempati Negara ini. Mereka aslinya adalah sekitar 33.000 penduduk Jawa Indonesia yang dibawa ke sana untuk dijadikan kuli kontrak selama 5 tahun. Disana mereka dipekerjakan secara paksa hingga akhirnya menetap disana sampai turun-temurun karena tidak bisa pulang ke Negri asal
                                        
Karena sebagian besar penduduk adalah masyarakat Jawa, maka kultur dan budayanya pun masih kejawen. Wayang dan gamelan masih ada disana. Begitu juga acara-acara selamatan seperti sunatan, mitoni, upacara pernikahan pun masih sama seperti upacara di Jawa. Hanya saja karena terputusnya hubungan, perkembangannya pun berbeda. Bahkan bila dibuat perbandingan, maka Jawa Suriname adalah sama dengan jawa di Indonesia pada abad ke-19. Pada awalnya, islam di Suriname juga sama dengan Islam Jawa pada abad ke-19. Bahkan ada yang hanya sekedar memeluk agama nenek moyang karena memang ketika dibawa kesana mereka masih sangat minim pengetahuan tentang islam. Terlebih dari etnis Islam Jawa Abangan, mereka hanya mengenal islam secara simbolis saja. Sekedar nama dan lebih kental dengan tradisi serta budaya Jawa. Sebagian dari mereka masih mempertahankan Shalat menghadap ke barat sebagaimana nenek moyang mereka di Jawa. Padahal, negri Suriname berada di sebelah barat Ka’bah.
Seiring dengan perkembangan zaman, Islam di Suriname kini mulai menemukan titik cerah. Banyak organisasi dan lembaga-lambaga yang berperan sebagai penggerak perubahan pemahaman islam menjadi lebih baik dan konprehensif. Contoh saja SIS (Stichting der Islamitische Gemeenten in Suriname) dan SMA (Suriname Muslim Associatie) yang mempunyai andil besar dalam mempelopori perubahan islam menuju masyarakat muslim dengan pemahaman lebih baik. Hasilnya, ukhuah islamiah begitu kental ditenga-tengah mereka, saling salam antara umat muslim Jawa dengan Hindustan. Bahkan saling berbesan.
Tak hanya itu penduduk asal yang tadinya beragama non muslim pun lama-lama menjadi tertarik dan akhirnya masuk islam. Kebanyakan dari mereka masuk islam ketika dibangku sekolah atau setelah kelulusan, dan tak jarang jalan mereka diikuti oleh keluarga mereka, hingga anak-anak mereka.

Habib Lutfi : Baiat ribuan jamaah " setia NKRI "

Kudus, Plosopos.com
Rais Aam Idaroh Aliyah Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN), Habib Muhammad Luthfi bin Yahya membaiat ribuan jamaah pengajian di Desa Bandaran Garung Kidul Kaliwungu Kudus, Jawa Tengah. Para jamaah diajak mengucapkan janji untuk menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pembaiatan yang berlangsung Ahad (5/4) malam lalu di sela-sela Habib lutfi menyampaikan tausiyah ini terlaksana penuh khidmah. Diawali membaca syahadat dan sholawat Nabi, Habib Luthfi membaca baiat sepatah-patah kemudian diikuti oleh para jamaah secara bersama-sama.

Berikut bunyi baiat yang dibacakan Habib Lutfi dengan nada lantang dan heroik:

"Bismillahirrahmanirrahim, Asyhadu Alla Ilaaha Illallah, Waasyhadu Anna Muhammadar Rasulullah,

Allahumma Sholli ala Sayyidina Muhammad wa'ala Alihi Washohbihi Ajma'in,

Demi Allah, saya bangga sebagai Warga Negara Indonesia. Demi Allah, saya anak Indonesia,

Saya Berjanji kepada Allah, saya akan menjaga dan mempertahankan NKRI, harga mati dan bukan basa basi"

Dalam tausiyahnya, Habib Luthfi menegaskan pentingnya menjunjung tinggi semangat nasionalisme. "Indonesia tidak akan mudah dimasuki paham radikalisme manakala TNI, Polri dan masyarakat tidak terpecah belah," tandasnya dihadapan ribuan jamaah yang menghadiri pengajian umum peringatan maulid Nabi Muhammad SAW tersebut.( Sumber : NU Online )